Dulu Mengonsumsi Telur Penyu, Sekarang Aktif Melestarikan Penyu.
Pulau
Jinato adalah salah satu pulau yang terletak di Kawasan Konservasi Taman
Nasional Taka Bonerate yang dihuni lebih seribu jiwa dan merupakan pusat pemerintahan Desa Jinato. Penduduknya berasal dari berbagai macam suku yang mayoritas berasal dari suku bugis.
Kehidupan
penduduk Desa Jinato sangat bergantung pada laut, dimana aktivitas kesehariannya
adalah nelayan, pengepul ikan, pembuat ikan kering hingga jasa transportasi
laut.
Karena Pulau Jinato termasuk salah satu pulau yang menjadi tempat bertelur penyu sisik dan penyu hijau di Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate. Sehingga ada pula masyarakat yang kesehariannya mencari telur penyu di sekitar pantai
untuk dikonsumsi. Kebiasaan mengonsumsi telur penyu sudah menjadi kebiasaan masyarakat
sejak dulu.
Amerang merupakan salah satu warga Pulau Jinato yang kesehariannya berkeliling di sekitar
pantai Pulau Jinato mencari telur penyu untuk dikonsumsi. Aktivitas
tersebut sudah dilakukannya sejak dari kecil bersama teman-temannya.
Amerang bersama temannya Hasse mulai berhenti mengonsumsi telur penyu sejak tiga tahun
yang lalu, setelah mengetahui adanya aturan pelestarian spesies penyu dan
larangan menangkap dan mengonsumsi daging dan telur penyu dari Balai Taman
Nasional Taka Bonerate.
Meski sudah tidak mengonsumsi telur penyu, Amerang dan Hasse setiap hari masih sering berkeliling pulau mencari sarang penyu untuk membantu program pelestarian dan perlindungan spesies penyu.
Mereka biasanya berkeliling pada saat masih pagi buta, karena penyu naik ke pantai untuk bertelur ketika malam hari. Pengalaman mereka selama bertahun-tahun dalam
menemukan lokasi bertelur penyu diakui sangat membantu petugas Resort Jinato.
“Umumnya ketika penyu ke pantai untuk bertelur mereka menggali sejumlah lubang lalu kembali menutup setiap lubang, dan hanya satu lubang yang berisi telur. Karena jarak antara lubang berjauhan hanya orang yang sudah berpengalaman yang bisa dengan tepat menemukan lubang berisi telur. Jika tidak berpengalaman seharian menggali pun akan sangat sulit ditemukan”. kata Amerang.
Bahkan
dibeberapa kesempatan, petugas Resort Pulau Jinato mengajak Amerang dan Hasse
untuk membantu mencari telur penyu di pulau-pulau yang dekat dengan Pulau
Jinato.
Telur penyu yang mereka temukan akan dipindahkan ke Resort Jinato Balai Taman
Nasional Taka Bonerte untuk ditetaskan. Tujuan pemindahan telur untuk menghindari telur-telur
tersebut ditemukan warga lain yang masih suka mengonsumsi telur penyu.
Baru-baru ini, ada tujuh sarang penyu yang dipindahkan ke resort Jinato untuk ditetaskan. Telur penyu biasanya menetas setelah berumur 40-50 hari.
Setelah menetas, tukik(sebutan penyu yang baru menetas) biasanya dilepaskan di sekitar pantai Pulau Jinato yang jauh dari pemukiman
atau pulau yang tidak berpenghuni yang berada di sekitar Pulau Jinato.
Amran juga sadar bahwa jumlah sarang penyu yang ada di sekitar pantai Pulau Jinato sudah tidak sebanyak dulu.
“Sekitar
15 tahun yang lalu saya sendiri bisa menemukan rata-rata 3 sarang penyu setiap
bulan. Pada musim bertelur yaitu dari bulan Januari sampai bulan Maret, paling sedikit saya
bisa menemukan 5 sarang penyu”. kata Amerang.
Sedangkan beberapa tahun terakhir, mereka berdua biasanya hanya menemukan satu hingga dua sarang penyu setiap bulannya, itupun hanya jenis penyu sisik. Mereka mengaku hampir setahun sejak terakhir kali menemukan sarang penyu hijau.
Mereka
percaya bahwa penyu yang menetas di suatu tempat ketika dewasa akan kembali ke
tempat penyu tersebut menetas untuk bertelur. Menurut mereka kebiasaan
mengonsumsi telur penyu menjadi penyebab utama menurunnya jumlah sarang penyu
di Pulau Jinato.
Awalnya Amerang berhenti mengonsumsi telur penyu karena menghindari ancaman pidana
aturan perlindungan spesies penyu. Tetapi saat ini dia sadar bahwa sebelum
manusia penempati pulau ini, penyu sudah lebih dulu berada pulau ini.
“Sangat
disayangkan jika penyu-penyu hilang gara-gara manusia. Apalagi perairan di sekitar
pulau jinato masih sangat kaya sumber daya ikan, kebutuhan sehari-hari kita
sudah lebih dari cukup dari sana”. imbuhnya.
Selain Ameranh dan Hasse, saat ini ada dua rekannya dengan suka rela juga ikut membantu program pelestarian penyu.
Mereka berharap untuk ke depan, semakin banyak masyarakat yang berhenti mengonsumsi telur penyu dan ikut berpatisipasi membantu program pelestarian penyu.
Pulau Jinato, Rabu 23 Juni 2021
Posting Komentar untuk "Dulu Mengonsumsi Telur Penyu, Sekarang Aktif Melestarikan Penyu."